Anianartinya pantun bersayap. Diungkapkan untuk mengungkapkan isi hati atau tujuannya di balik pantun tersebut. Kadang didasari filsafat, tapi sering juga hanya sekedar pantun enak di kuping saja. Adapun maksud dan tujuan masyarakat Batak Toba untuk mengadakan upacara kematian itu tentunya berlatar belakang kepercayaan tentang kehidupan . Berikutadalah beberapa pengertian populasi. Adapun pengertian pelajar menurut para ahli adalah sebagai berikut: Perilaku Konsumen Teori, Jenis, Faktor dan Contoh individu menurut para ahli salah satunya yaitu kepribadian yang terbuka terhadap pengalaman baru berupa ide, imajinasi yang aktif, kecerdikan dan kemampuan berpikir mendalam, suka melakukan refleksi diri umpasa(pantun) batak Toba. Makna dari umpasa tersebut adalah dalam budaya Batak Toba, seorang Boru harus hormat kepada simatua (mertua). Boru adalah merupakan pihak yang menerima perempuan, dan simatua adalah pihak hula-hula yang memberi perempuan. Ini bermakna agar boru memiliki hati kepada hula-hula/simatua (mertua) atau Fast Money. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Konsep Menurut Kanus Besar Bahasa Indonesia 2007 4820 konsep ialah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Oleh karena itu, penelitian ini mengenai Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger dalam Aminuddin, 1981108. Dengan mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa dapat saling mengerti. Menurut Hornby dalam Sudaryat, 2009 13, secara linguistik makna dipahami sebagai apa-apa yang diartikan atau yang dimaksud oleh kita. Makna berhubungan dengan nama atau bentuk bahasa Ullman dalam Sudaryat, 2009 13. Umpasa Umpasa merupakan salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Umpasa biasanya dituturkan di upacara adat Batak Toba dan dituturkan oleh penatua adat atau orang yang mengerti tentang adat. Umpasa yang dituturkan berisi tentang kebaikan, seperti doa restu, nasihat, dan permohonan 6 Universitas Sumatera Utara yang disampaikan kepada tuhan. Umpasa yang dituturkan tersebut diharapkan dapat menjadi berkat bagi orang yang menerimanya. Tradisi marumpasa „berpantun‟ masih berkembang di masyarakat Batak Toba. Hal ini disebabkan keyakinan masyarakat tentang isi dari umpasa tersebut. Selain itu, umpasa masih tetap digunakan di setiap upacara adat masyarakat Batak Toba. Upacara adat lebih bermakna apabila umpasa dituturkan karena umpasa tersebut adalah sebagai berkat bagi orang yang menerimanya. Tradisi bertutur umpasa pantun juga terdapat di daerah suku Batak lainnya, seperti Batak Simalumgun, Batak Karo, Batak Pak-Pak, dan Batak Mandailing. Di masyarakat Batak Simalungun, umpasa tetap disebut umpasa, sedangkan di masyarakat Batak Karo, umpasa pantun disebut ndung-dungen. Kalau di daerah Batak Pakpak, umpasa pantun tetap disebut umpasa atau uppasa, sedangkan di daerah Batak Mandailing, umpasa disebut juga pantun. Perbedaan umpasa yang terdapat di masyarakat Batak Toba, Simalungun,Karo, dan Mandailinng terletak pada bahasa yang digunakan. Simbol Pada dasarnya, kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi. Simbol sebenarnya merupakan salah satu bentuk model dari teori bahasa bagi kajian penelitian sosial budaya Kleden-Probonegoro, dalam Sobur, 2004 45. Simbol pada umumnya mempunyai makna yang bersifat ganda. Simbol dalam arti ganda ini diperoleh dengan menganalogikan arti pertama dengan arti kedua. Pendekatan simbolik dalam arti di atas memang banyak digunakan dalam 7 Universitas Sumatera Utara penelitian antropologi. Model simbolik juga salah satu bentuk kajian yang diperoleh dari teori bahasa. Hubungan antara simbol dengan sesuatu yang ditandakan dengan adanya sifat yang konvensional. Berdasarkan konvensi itu juga masyarakat pemakaiannya menafsirkan ciri dan hubungan antar simbol dengan objek yang diacu dan maknanya. Ulos Ulos adalah tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya, ulos juga memiliki makna. Sebagian besar masyarakat Batak menganggap ulos merupakan simbol ikatan kasih sayang, simbol kedudukan, dan simbol komunikasi. Ulos juga memiliki fungsi simbolik untuk berbagai hal dalam segala aspek kehidupan masyarakat Batak Toba. Mangulosi adalah salah satu hal yang penting dalam adat Batak Toba. Mangulosi artinya memberi ulos. Mangulosi bukan sekedar pemberian hadiah biasa, namun mangulosi dapat melambangkan pemberian restu, curahan kasih sayang, harapan, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dalam pemberian ulos juga memiliki aturan, orang yang mangulosi haruslah orang yang sudah dituakan, yang berarti orang tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding si penerima ulos tersebut. Upacara Adat Perkawinan Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk 8 Universitas Sumatera Utara keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Nalom 1982 50 mendefinisikan pesta perkawinan dari sepasang pengantin merupakan jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin wanita, begitu pula sebaliknya. Upacara perkawinan adalah upacara adat yang penting bagi masyarakat Batak Toba, karena hanya orang yang sudah kawin yang berhak mengadakan upacara adat apapun yang ada dalam suku Batak Toba. Proses perkawinan dalam adat Batak Toba menganut hukum eksogami perkawinan diluar kelompok tertentu. Ini terlihat dari kenyataannya bahwa tidak ada laki-laki yang mengambil perempuan yang memiliki marga yang sama dengannya untuk dijadikan istri. Masyarakat Batak Toba Batak Toba tinggal di beberapa wilayah Sumatera Utara, seperti Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan. Suku Batak Toba adalah salah satu dari banyak suku di Indonesia. Bentuk kekerabatan dalam suku Batak Toba ada dua, yakni kekerabatan berdasarkan garis keturunan genealogi dan kekerabatan berdasarkan sosiologis. Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan dapat dilihat dari marga yang dimulai oleh si Raja Batak, semua orang Batak pasti memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis ialah terjadi karena perjanjian padanantara marga tertentu atau pernikahan, misalnya marga Nainggolan dan Siregar adalah marpadan berarti antara keturunan dari Nainggolan dan keturunan 9 Universitas Sumatera Utara Siregar tidak boleh menikahi satu sama lain. Lebih jelasnya, padan adalah ikrar janji yang telah diikat oleh leluhur orang Batak terdahulu nenek moyang yang mengharamkan pernikahan diantara kedua belah pihak dengan maksud menjaga hubungan baik diantara keduanya. Masyarakat Batak Toba sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya, dimana masyarakat tersebut saling menghormati yang diikat oleh Dalihan Na Tolu yang merupakan tiga tiang tunggu. Yang termasuk Dalihan Na Tolu antara lain hula-hula, dongan tubu, dan boru. Oleh sebab itu, di manapun dua orang Batak bertemu meski belum saling kenal, namun bila mereka memiliki marga yang sama pastilah mereka seolah-olah saudara dekat. Landasan Teori Antropolinguistik Sibarani 200450 mengatakan bahwa antropolinguistik secara garis besar membicarakan dua tugas utama yakni 1 mempelajari kebudayaan dari sudut bahasa dan 2 mempelajari bahasa dalam konteks kebudayaan. Antropolinguistik juga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa yang dimiliki oleh penuturnya, serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya secara menyeluruh. Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan, dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa Sibarani, 200451. Dengan kata lain, antropolinguistik 10 Universitas Sumatera Utara mempelajari kebudayaan dari sumber-sumber bahasa, dan juga sebaliknya mempelajari bahasa yang dikaitkan dengan budaya. Harafiah 200561 juga mengatakan bahwa antropolinguistik menganggap bahwa faktor budaya tidak bisa ditinggalkan dalam penelitian bahasa. Bahasa merupakan fakta yang harus dipertimbangkan dalam kajian budaya dalam kehidupan manusia. Inti masalah dalam kajian antropolinguistik adalah sistem kepercayaan, nilai, moral, tingkah laku, dan pandangan atau unsur-unsur yang mencorakkan budaya suatu kumpulan masyarakat. Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti Bolinger dalam Aminuddin, 1981108. Dengan mempelajari suatu makna pada hakikatnya mempelajari bagaimana setiappemakai bahas dalam suatu masyarakat dapat saling mengerti. Tanpa adanya makna tuturan ini tidak akan berfungsi apa-apa dalam sebuah percakapan atau komunikasi. Harimurti dalam Pateda, 2001 232 mengatakan bahwa orang dituntut untuk memahami makna setiap kata yang membentuk peribahasa, pantun dan ungkapan, orang dituntut untuk menerka makna kiasan yang terdapat didalamnya. Makna bukan kumpulan setiap kata, tetapi makna simpulan peribahasa, pantun, dan ungkapan tersebut. Selanjutnya, orang dituntut untuk tanggap mengasosiasikannya dengan makna tersirat, dan orang pun dituntut untuk dapat membandingkan dengan kenyataan sebenarnya. 11 Universitas Sumatera Utara Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering tidak berkata terus terang dalam menyampaikan maksudnya, bahkan menggunakan isyarat itu, orang sering menggunakan ungkapan. Pateda 2001230 menggolongkan makna ungkapan itu menjadi empat yaitu 1 mengharapkan sesuatu, 2 mengejek, 3 membandigkan, dan 4 menasehati. Keempat makna peribahsa dan ungkapan di atas tidak diucapkan secara terus terang, melainkan dengan menggunakan makna tersirat di dalamnya. Nilai-Nilai Budaya Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang ditanam atau disepakati oleh masyarakat yang mengakar pada kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dengan yang lain sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau yang sedang terjadi. Nilainilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, dan visi misi. Nilai budaya merupakan lapisan abstrak dan luas ruang lingkupnya, tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepkan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Kluckhohn dalam Pelly 1994 mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi dan mempegaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dengan alam, hubungan orang dengan orang lain, dengan hal-hal yang di inginkan atau tidak diinginkan yang mungkin bertalian dengan hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia. Pendapat lain yang menyangkut manusia itu sendiri sebagai subjek dikemukakan oleh perry dalam Djayasudarma, 199712 yang menyatakan bahwa 12 Universitas Sumatera Utara nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek. Pandangan ini menegaskan bahwa manusia itu sendirilah menentukan nilai dan manusia sebagai pelaku penilai dari kebudayaan yang berlaku pada zamannya. Nilai budaya dalam penilitian ini dipahami sebagai nilai yang mengacu kepada berbagai hal dengan pemahaman seluruh tingkah laku manusia sebagai hasil budaya, antara lain nilai dapat mengacu pada minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban,beragama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keenggangan, daya tarik, dan hal lain yang berhubungan dengan perasaan Papper dalam Djayasudarma, 1999710 Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup Koentjaraningrat,200425. Nilai nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaa, kepercayaan believe, simbo;-simbol, dan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapatas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Robert Sibarani mengklasifikasikan nilai-nilai budaya antara lain 1 kesejahteraan; 2 kerja keras;3 disiplin; 4 pendidikan 5 kesehatan; 6 gotong-royong;7 pengelolaan gender; 8 pelestarian dan kreativitas budaya; 9 peduli lingkungan;10 kedamaian; 11 kesopansantunan; 12 kejujuran; 13 kesetiakawanan sosial; 14 kerukunan dan penyelesaian konflik; 15 komitmen; 16 pikiran positif 17 rasa syukur. 13 Universitas Sumatera Utara Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, Adapun sumber tersebut adalah Nurcahaya 2007 dalam skripsi yang berjudul “Tuturan pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba” mengkaji jenis tuturan yang terdapat pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak Toba dan tuturan yang paling dominan digunakan dalam upacara tersebut. Nurcahaya menggunakan metode simak simak dengan teknik lanjutan, yaitu teknik simak bebas libat cakap dan dilanjutkan dengan teknik rekam dalam mengumpulkan data penelitiannya. Selanjutnya, data yanng diperoleh dari penutur jati bahasa Batak Toba dan dari beberapa buku Batak Toba yang dianalisi dengan meode padan dengan penentu mitra wicara. Teori yang digunkan adalah teori tindak tutur Searle. Sibarani 2008 dalam tesisnya “Tindak Tuutur dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Batak Toba” mengkaji tindak tutur yang digunakan hulahula „pemberi istri‟. Dongan sabutuha „kerabat semarga‟, dan boru „penerima istri‟, tindak tutur apa yang dominan, bagaimana cara tindak tutur dilakukan, serta jenis dan fungsi tindak tutur dalam pernikahan masyarakat Batak Toba. Metode deskriptif digunakan Sibarani untuk mendeskripsikan data penelitian secara sistematis dan akurat, yaknni menggambarkan dengan jelas objek yang diteliti secara alamiah. Teori yang digunakan Sibrani untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Kempson 1984, Wijana 1996, dan Searle. 14 Universitas Sumatera Utara Debora 2014 dalam skripsinya yang berjudul Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi Pemberian Ulos pada Siklus Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir membahas mengenai makna simbolik pemberian ulos tersebut dan membahas tentang tahapan pemberian ulos. Metode penelitian yang dilakukan ialah metode kualitatif dan deskriptif dan dengan teknik pengumpulan data studi pustaka dan observasi. Basaria 2009 dalam Makalah Seminar Nasional Budaya Etnik III edisi 11 yang berjudul “Ungkapan Metafora pada Etnis Batak Toba” membahas nlai nilai budaya yang tercermin dari ungkapan indirecness metafora dalam bahas Batak Toba. Sebagian dari nilai budaya yang dimaksud adalah motivasi berusaha, rasa solidaritas, gambaran sikap perilaku, etika, dan moral yang hidup pada masyarakat Batak Toba. Selanjutnya Basaria 2012 dalam Hipotesis Sapir – Whorf Pada Umpasa Batak Toba, budaya dan perilaku orang Batak dapat dilihat pada ungkapan dan bahasanya. Bahasa dalm ungkapan biasnya dipergunkan dalam situasi komunikasi yang dipandang sakral dan sangat resmi dalam pertemuan-pertemuan orang Batak yang diturun-temurunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jadi ungkapan tersbut mengekspresikan perilaku dan nilainilai yang telah lama ada pada orang Batak dan smpai saat ini masih terus hidup. Orang Batak sangat menghargai nilai-nilai budaya/adat yang terdapat dalam berbagai ungkapan yang diturunkan oleh orang tuanya yang dipandanbgnya sebagai orannng yang pantun dlam masyarakatnya. Jadi kajian ini membuktikan kebenaran HSW dalam bahasa Batak Toba. Tampubolon 2010 dalam tesisnya “Umpasa Masyrakat Batak Toba DALAM Rapat adat “suatu kajian pragmatik” membahas tiga masalah penelitian, 15 Universitas Sumatera Utara yakni komponen tindak tutur, jenis tindak tutur, dan fungsi tindak tutur. Tampubolon menggunakanmetode deskrptif dengan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang teliti. Dalam menyelesaikan ketiga masalah tersebut Tambubolon menggunakan teori tindak tutur kempson 1984, Wijana 1996, dan Searle. 16 Universitas Sumatera Utara 24 BAB IV PEMBAHASAN Makna Umpasa pantun Tintin Marakkup dalam pernikahan Batak Toba Umpasa pantun batak toba adalah karya sastra dalam bentuk syairpuisi yang berisi pernyataan restu, nasehat dan doa bagi orang yang mendengarnya. Umpasa pantun adat batak toba diperdengarkan dalam upacara adat dan ditujukan kepada muda-mudi, pasangan pengantin, upacara menyambut tamu atau berbagai acara lainnya, serta kadang kala umpasa pantun juga diperdengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam acara Adat Batak Toba pada acara Tintin Marakkup di pesta perkawinan, biasanya hanya ada 3 bagian umpasa yang di ungkapkan, yaitu umpasa Pembukaan, Umpasa Pemberkatan dan Nasehat, dan Umpasa Penutup atau Harapan. Pateda 2001 230 membagi makna ungkapan menjadi empat bagian yaitu 1. Membandingkan penyamaan 2. Menasehati 3. Mengharapkan sesuatu 4. Mengejek Dalam upacara Adat Tintin Marakkup, hanya ada tiga makna yang terkandung sesuai dengan pendapat Pateda tersebut, karena dalam umpasa pantun Batak Toba dalam acara Tintin Marakkup tidak ada makna mengejek. Jadi, sesuai dengan pendapat Pateda tersebut, maka dari hasil mengamatan penulis makna umpasa pantun dalam Tintin Marakkup ada tiga yaitu 25 1. Makna Membandingkan penyamaan Umpasa pantun yang menggambarkan makna membandingkan penyamaan dalam acara Tintin Marakkup dapat dilihat dalam contoh data berikut ini Data 1. Hot pe jabu i walaupun rumah itu berdiri kokoh Sai tong do i margulangulang pasti rumah itu akan bergoyang Tung sian dia pe mangalap boru bere i siapapun yang dipesunting si pengantin laki-laki Sai hot doi boru ni tulang dia tetap dianggap putri paman Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Hot mempunyai makna kokoh, teguh, erat, dan tak goyah. Jabu dalam bahasa indonesia adalah rumah atau tempat tinggal,rumah Adat Batak disebut jabu Bolon rumah yang besar dibangun dari kayu dan diberikan berbagai ukiran Batak Toba dan beratapkan ijuk Margulangulang adalah jatuh dengan berguling-guling atau bergoyang-goyang. Tung sian dia pe mangalap boru bere i, Sai hot doi boru ni tulang adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya menyamakan kedudukan dan hak sipengantin perempuan seperti putri dari paman sipengantin laki-laki. Dengan demikian, kalaupun pengantin laki-laki mempersunting marga yang lain selain marga pamannya itu, pengantin perempuan tetap dianggap marga yang sama dengan marga pamannya. Data 2 Sai tong doi lubang rumah berlantai papan yang berlubang nangpe dihukkupi rere walaupun dititupi dengan tikar Sai tong doi boru ni Tulang 26 perempuan yang tetap dianggap putri paman manang boru ni ise pei dialap bere perempuan yang dinikahi pengantin laki-laki Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Dihukkupi berasal dari kata hungkup yang berarti tutup, jadi dihukkupi adalah ditutupi Rere adalah tikar yang buruk, yang rusak dan yang telah lusuh. Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya dalam sebuah pesta pernikahan seorang laki- laki yang menikah dengan perempuan lain, tetap di anggap sebagai putri paman pengantin laki-laki. 2. Makna Menasehati Umpasa pantun yang menggambarkan makna menasehati dalam acara Tintin Marakkup dapat dilihat dalam contoh data berikut ini Data 3 Napuran ni parsoburan sirih yang berasal dari parsoburan tu gambir ni sitapongan getah kayu yang bisa dimakan tong-tong ma hamu nadua sauduran tetap satu jalan menuju yang benar jala masi haholongan satu hati membentuk rumah tangga yang bahagia Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Napuran adalah sirih yang merupakan campuran dari kapur dan daun sirih Parsoburan adalah nama tempat atau daerah Gambir adalah getah kayu yang dapat dimakan sebagai campuran sirih Sitapongan berasal dari kata tapongan yang berarti keranjang kecil atau bakul, jadi sitapongan adalah segalah sesuatu yang bisa dimakan yang diletakkan kedalam sebuah bakul atau keranjang kecil. 27 tong-tong ma hamu nadua sauduran, jala masi haholongan adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya menunjukkan pasangan pengantin tersebut agar bersama-sama menjalani kehidupan rumah tangga, dan satu hati dalam membina rumah tangga yang bahagia dan penuh cinta. Data 4 Dangka ni arirang ranting dari pohon nira peak ni tonga ni onan yang terletak ditengah-tengah pasar badan muna naso jadi sirang pernikahan yang tidak bisa diceraikan tondimu tong-tong masigomgoman. hati dan jiwa yang saling merangkul Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Dangka yang artinya ranting, cabang, dan dahan dari suatu pohon Arirang adalah pohon nira yang dibuat irisan untuk mendapatkan tuak Peak adalah terletak, terbaring, dan tertidur Onan adalah pasar pusat perbelanjaan. badan muna naso jadi sirang, tondimu tong-tong masigomgoman adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya pengantin harus berjanji untuk tidak bercerai kecuali di pisahkan oleh kematian. Pengantin juga harus saling melengkapi satu sama lain agar terjalin hubungan yang harmonis. Data 5 Jumpang na niluluan menemukan sesuatu yang dicari Dapot na jinalahan mendapatkan apa yang dijalani I ma dongan sahaholongan satu cinta yang abadi Dohot dongan sapanghilalaan satu perasaan dan satu pemikiran Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Jumpang yang artinya jumpa atau menemukan sesuatu 28 Niluluan berarti sesuatu yang dicari Jinalahan adalah kehidupan yang sedang dijalani Sahaholongan berasal dari kata holong, yang artinya cinta atau kasih sayang Sapanghilalaan berasal dari kata hilala, yang artinya rasa atau perasaan. I ma dongan sahaholongan, Dohot dongan sapanghilalaan adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya menggambarkan seseorang yang harus saling memahami, saling pengertian satu sama lain agar seia-sekata dalam suka dan duka, dan menjadi pasangan yang satu perasaan dan satu pemikiran. 3. Makna Mengharapkan Sesuatu Data 6 Rumah ijuk di jolo ni sopo gorga Rumah beratap ijuk di depan lumbung yang berukir Asi ni roha ni Amanta Debata kasih dari Tuhan yang Maha Esa Sai dilehon ma dihamu Semoga diberi kepada kalian Anak na bisuk dohot boru namarroha Putera yang cerdik dan puteri yang bijaksana Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Sopo yang berarti lumbung padi atau berupa ruangan terbuka untuk menyimpan sesuatu atau tempat berkumpul untuk menerima tamu Gorga artinya ukiran atau lukisan berupa pahatan Bisuk berarti Pandai, cerdik dan cerdas, serta punya banyak akal. Sai dilehon ma dihamu , Anak na bisuk dohot boru namarroha adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya sebuah harapan bagi pengantin agar setelah menikah segera mendapatkan momongan, putera-puteri yang berbudi baik, cerdas dan bijaksana. Data 7 habinsaran hapoltakan ni matani ari matahari terbit dari timur Hasundutan hapoltakan ni bulan 29 bulan terbit dari barat Sai tubu ma anak na malo mansari semoga lahir anak yang giat bekerja mencari nafkah Dohot boru na boi paulaean dan anak perempuan yang murah hati Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Habinsaran adalah tempat matahari terbit yaitu arah timur Hapoltakan adalah tempat terbitnya matahari dan bulan Hasundutan adalah tempat bulan terbit yaitu terbit di arah barat Tubu yang artinya lahir Mansari yang artinya pintar mencari nafka Paulaean yang artinya sikap sesorang yang murah hati dan pengasih. Sai tubu ma anak na malo mansari, Dohot boru na boi paulaean adalah bagian dari isi umpasa pantun yang maknanya sebuah kalimat harapan yang berharap agar pengantin kelah melahirkan anak laki-laki yang pandai mencari nafkah, menjadi pemimpin rumah tangga yag bijaksana, dan anak perempuan yang murah hati dan pengasih, menjadi anak perempuan yang penyayang dan dapat di andalkan. Data 8 Mandurung di aek Sihoru-horu menjala ikan di sungai yang deras manjala di aek Sigura-gura menjala di sungai Sigura-gura Udur ma hamu jala leleng mangolu berkumpul dalan kehidupan yang panjang umur hipas matua sonang sora mahua sehat sentosa hingga beranak cucu Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Mandurung artinya menangkap ikan menggunakan sebuah alat yang terbuat dari kain ataupun jala. Aek artinya air Manjala berarti menangkap ikan menggunakan jala Sigura-gura adalah nama suatu tempat atau lokasi Udur berarti berkumpul, bersama-sama dan beriringan Hipas artinya sehat walafiat lahir dan batin. 30 Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua adalah bagian dari isi umpasa pantun yang bermakna sebuah harapan agar kelak pengantin membina keluarga yang selalu panjang umur, terberkati dan berkumpul dalam suatu ikatan kekeluargaan yang baik dan hidup damai hingga beranak cucu. Data 9 Bintang na rumiris bintang dilangit yang berlimpah ruah Ombun nasumorop embun pagi yang sejuk Anak pe riris melahirkan banyak anak laki-laki Boru pe torop dan melahirkan anak perempuan yang banyak juga Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Rumiris berasal dari kata riris yang artinya banyak, berlimpah-ruah, dan berjejer Ombun artinya embun, atau awan Torop artinya banyak atau ramai. Anak pe riris, Boru pe torop adalah bagian dari isi umpasa pantun yang bermakna sebuah harapan agar kelak pengantin mendapatkan anugerah dan melahirkan banyak anak laki-laki dan banyak anak perempuan yang membawa rejeki bagi mereka, dan menjadi keluarga yang besar dan terpandang. Data 10 Harbangan dalan tu huta Pintu masuk kesuatu kampung Balatuk dalan tu jabu tangga jalan menuju kerumah Sai hatop ma hamu mangabing-abing semoga cepat dikaruniai anak Jala anak buha baju dan anak pertama yang lahir adalah laki-laki pembawa marga Dalam umpasa pantun di atas, makna dari kata-kata dalam umpasa pantun tersebut Harbangan artinya pintu gerbang atau pintu masuk 31 Balatuk artinya anak tangga rumah adat batak Toba Dalan berarti jalan Hatop artinya cepat atau segera Mangabing-abing artinya menggendong atau menimang Jala, dalam kalimat diatas merupakan sebuah kata penghubung, yang artinya Serta atau Dan Buha baju artinya anak pertama atau anak sulung Sai hatop ma hamu mangabing-abing, Jala anak buha baju adalah bagian dari isi umpasa pantun yang bermakna sebuah harapan agar pengantin segera mendapatkan anak, dan melahirkan anak sulung yang berjenis kelamin laki-laki sebagai pembawa nama, marga dan garis keturunan dalam keluarga suku batak Toba. Nilai-nilai Budaya yang terdapat pada upacara Tintin Marakkup dalam Kebudayaan yang ada di Indonesia sangat beragam dan banyak sekali keunikan yang ditemukan. Diperlukan pelestarian kebudayaan agar tidak terjadi yang namanya punah. Budaya merupakan bagian dari diri masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah warisan budaya dari suku Batak toba, yaitu Umpasa. Pantun dalam bahasa Batak Toba ini perlu ditelusuri atau dikaji kembali agar tetap bisa terjaga keberadaannya dan bisa diturunkan ke generasi-generasi selanjutnya. Umpasa merupakan bagian dari sastra lisan. Masyarakat Batak Toba biasanya menuturkan umpasa pada acara-acara adat, seperti acara adat pernikahan, kematian, acara adat memasuki rumah, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan pantun, umpasa juga memiliki ciri-ciri yang membangun terbentuknya sebuah umpasa. Bedanya adalah pantun di kaji dalam bahasa Indonesia, sedangkan umpasa menggunakan bahasa Batak Toba. To read the file of this research, you can request a copy directly from the author.... In the contents, the third line rhymes a, and the fourth line rhymes a. Even though pantun 6 has rhymes a-a-a-a not a-b-a-b, pantun 6 is still referred to as rhyme and fulfills the rhyme requirements Attas, 2022, pantun has the characteristic of rhyming a-a-a-a Pasaribu, 2021. ...... So pantun 3 already fulfills the third indicator, which consists of 8-12 syllables in each line Masruchin, 2017. Each line consists of 8-12 syllables Pasaribu, 2021. The number of lines from the pantun is at least 8 syllables and a maximum of 12 words Anderman et al., 2021. ...... Based on the results of the study, namely "Analysis of Pantun Writing Skills 4 Lines for Class V Students at SDN SIRNAGALIH 2" in Bogor Regency, from the results of an analysis of several pantun copyrighted works by class V students, they have fulfilled the requirements for a rhyme, namely a rhyme consisting of 4 lines, rhymes a-b-a-b, in 1 line consists of 8-12 syllables, the first and second lines are called sampiran, the third and fourth lines are called contents Masruchin, 2017. However, several works of poetry were found that were not in accordance with the requirements of rhymes according to theory Masruchin, 2017, namely rhymes that rhyme a-a-a-a but these copyrighted works can still be said to be rhymes because in theory Attas, 2022 and Pasaribu, 2021 rhymes rhyme a-a-a-a. As for the results of students' rhyme writing that has syllables that are not in accordance with theory Masruchin, 2017. ...Yolanda Marsha SantosoBackground Skills are the focus of experts, one of the skills that must be achieved is the skill of writing rhymes. Purpose this study aims to determine the extent to which students are able to make poetry works that are carried out at SDN SIRNAGALIH 2, Bogor Regency. Design and methods The type of research method used in this research is Descriptive Qualitative Method. Results The results of the analysis of several rhymes written by class V students have fulfilled the theoretical rhyme requirements Masruchin, 2017. However, a rhyme that rhymes a-a-a-a is found, but the results of this paper can still be said to be a rhyme because it is in accordance with the theory Attas, 2022 and Pasaribu, 2021. The students' rhymes written in one line have 6-14 syllables but are still said to be rhymes because they are in accordance with the theory Riandi, 2020 and Mutohharoh et al., 2018. It can be concluded that not all rhymes written by students of class V at SDN SIRNAGALIH 2 meet the theoretical rhyme requirements Masruchin, 2017.ResearchGate has not been able to resolve any references for this publication.

pantun batak toba dan artinya